Father's Issue (Isu tentang Bapa)

English Version: 
In my age, 25 something more, most young woman are facing a crossroad in their life. Are we going to pursue a career or build a family with a loved partner? At this time, the young woman will usually be stuck with the notion that we must not become an old maid since no man will want to be with. This in turn, leads us to the assumption that the decision in a hurry to get married without knowing what was the meaning of a marriage.

Until I am writing this article, already 2 times, I was proposed by a man. However, already 2 times, I also refused them for different reasons. My first reason was because I was not ready for marriage, still young, and still looking for identity. My second reason was because I was not sure if he's the right guy or not to marry me. Courtship was not enough to convince me to get married and live with a man.

After going through a quarter-century journey of life and also reflections, I find my unpreparedness entering a period of marriage is because I am still not comfortable with the word "marriage". Marriage is scary for me because I come from a "broken home" family. When I was a little kid, the picture of a father was someone in authority at home and can act arbitrarily his authority because he was the leader in the family. There was no love and acceptance in the house. But, there was verbal abuse, violence and heartache.

Thank God, Now I can forgive my biological father and accept him back in my life even though the situation is not the same anymore. Both of my parents were divorced since 2005 and I live with my mother now. Forgiving the father was not equal to forget the image of the father which has been damaged when I was a little kid. I can forgive and accept my biological father in my life. However, I still need time to recover from the image of the father.

Affection and attention of a father which I never received from I was a little kid make me uncomfortable with the expression of love in whatever form, words or deeds. Especially when a guy who might actually love me tells me that he loves me, I would be frightened. My heart could not accept that someone can love me sincerely without expecting anything.

I kept praying to God to get rid of all my fears and restore my heart from the image of the father which has been damaged. I know that God is the true Father in my life. He is the source of all my needs including my need for love of a father. I pray that no one is trying to seek advantage from my insecurity of lacking father’s love. I am grateful that the more I know the Lord the more I learn to love others as I love myself and receive love without feeling suspicious.


Indonesian Version:
Kebanyakan wanita muda di usia saya yang 25an tahun ini sedang menghadapi penentuan dalam hidupnya. Apakah kita akan mengejar karir atau membangun sebuah keluarga dengan pasangan yang kita kasihi? Pada masa ini, wanita muda biasanya akan terjebak dengan anggapan bahwa jangan sampai kita jadi perawan tua karena tidak akan ada laki-laki yang mau sama kita lagi. Yang pada akhirnya, anggapan tersebut menuntun kita kepada keputusan terburu-buru untuk menikah tanpa mengerti apa itu arti sebuah pernikahan.

Sampai saat saya menulis artikel ini, sudah 2 kali saya dilamar oleh seorang pria. Namun, 2 kali juga saya menolak mereka dengan alasan berbeda. Alasan saya yang pertama adalah karena saya belum siap menikah, masih muda, dan masih mencari jati diri. Alasan saya yang kedua adalah karena saya tidak yakin apakah dia pria yang tepat atau tidak untuk saya nikahi. Masa pacaran ternyata tidak cukup meyakinkan saya untuk menikah dan hidup bersama seorang pria. 

Setelah melalui perjalanan hidup seperempat abad lebih dan perenungan , saya menemukan ternyata ketidaksiapan saya memasuki masa pernikahan adalah karena saya masih belum nyaman dengan kata “pernikahan”. Pernikahan menjadi menakutkan bagi saya karena saya berasal dari keluarga “broken home”. Dari kecil, gambaran tentang seorang bapa adalah seseorang yang berkuasa di rumah dan bisa bertindak sewenang-wenangnya karena dia adalah pemimpin di dalam keluarga. Tidak ada kasih sayang dan penerimaan di dalam rumah. Yang ada adalah caci maki, kekerasan dan sakit hati.

Puji Tuhan, saya bisa mengampuni bapa biologis saya dan menerima dia kembali walaupun keadaannya tidak sama seperti dulu lagi. Kedua orang tua saya sudah bercerai sejak tahun 2005 dan saya tinggal bersama mama sekarang. Mengampuni bapa ternyata tidak sama dengan melupakan gambaran bapa yang telah rusak. Saya bisa mengampuni bapa bahkan menerima kembali bapa di dalam kehidupan saya. Akan tetapi, saya perlu waktu untuk memulihkan gambaran bapa yang telah rusak. 

Kasih sayang dan perhatian seorang bapa yang tidak pernah saya terima dari kecil membuat saya tidak terbiasa dengan ungkapan kasih dalam bentuk apapun baik itu perkataan maupun perbuatan. Terutama bila seorang pria yang mungkin benar-benar mengasihi saya mengatakannya kepada saya, saya justru menjadi ketakutan. Hati saya belum bisa menerima bahwa seseorang bisa mengasihi saya dengan tulus tanpa mengharapkan apapun. 

Saya terus berdoa kepada Tuhan untuk membuang semua ketakutan-ketakutan saya dan memulihkan hati saya dari gambaran bapa yang telah rusak. Saya tahu bahwa Tuhan adalah Bapa sejati di dalam kehidupan saya. Dia adalah sumber dari semua kebutuhan saya termasuk kebutuhan saya akan kasih sayang seorang bapa. Saya berdoa agar tidak ada seorang pun yang mencoba mencari keuntungan dari diri saya karena tidak adanya gambaran bapa yang baik dalam hidup saya. Saya bersyukur bahwa Tuhan semakin mendewasakan saya lewat semua kejadian dalam kehidupan saya untuk  belajar mengasihi orang lain seperti saya mengasihi diri saya sendiri dan menerima kasih tersebut tanpa merasa curiga.

Comments

  1. menginginkan yg tak pernah dimiliki atau dirasakan selama ini manusiawi, sangat jarang ada yg dapat tulus. tapi percayalah dengan apa yang kamu rasakan, ketulusan itu takkan bisa dibuat-buat. terimalah berkat yang disalurkan tuhan lewat sesama ky. semoga cpt kelar pergumulannya!

    ReplyDelete
  2. Thank you my dear friend...Selama ini aku berjalan dengan pikiran bukan dengan hati...But now, I learn to walk with heart...to receive God's favor in my life...and to believe that there is goodness in all situation....God will be my comfort...:)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Speech given by Nobel Peace Prize and Father of Microfinance, Muhammad Yunus.

Miliki Cita-Cita, Harapan dan Impian !

Mematahkan “Perangkap Setan”